Minggu, 19 Mei 2013

Catatan Simbik 06 : Hidup Cuma Sekali, Bukan Dua Kali, Apalagi Tiga Kali


Jenazah Alm. Bupati Tegal disemayamkan di rumah duka

Catatan malam ini agak biru, saudara2. Tapi jangan ngeres dulu pikirannya. Kalau denger yang biru2 aja langsung ngeres. Biru maksudnya melambangkan kesedihan, kemurungan, atau gitu lah yang pernah saya baca (kalau salah, ya, maafin). Kenapa biru? Kenapa sedih? Pasalnya, pasal 28 ayat 3, eh, maksudnya, pasalnya bupati Tegal tercinta, Bapak Heri Sulistyawan, tadi siang meninggal dunia di RSUD dr. Soeselo Slawi setelah menghadiri acara Peringatan HUT Kab. Tegal. Beliau meninggal karena serangan jantung akibat kelelahan setelah kirab (kata berita, sih). Jadi, sebelum lanjut, ada baiknya yang lagi mbaca pada menundukkan kepala sejenak untuk mendoakan beliau. Semoga amal ibadah beliau diterima dan segala dosanya diampuni oleh ALLAH Swt. Aamiin.

(krik...krik...krik....)

Yah, selesai (berasa upacara ye...). Saya tadi lagi iseng buka fb pas ada berita duka te es be, langsung cari kebenarannya, jangan2 cuma hoax kaya kabar2nya Bang Iwan Fals meninggal baru2 ini (sama kabar kiamat facebook, masih dendam saya). Karena namanya dunia maya, gak bisa 100% dipercaya, seperti yang saya bilang di Catatan saya kemarin (termasuk catatan ini juga jangan dipercaya 100%). Ternyata benar dan katanya di MetroTV ada beritanya (sayang, MetroTV bureng, maklum TV'nya madan katrok).

Hidup itu memang gak bisa diduga, ya. Kapan berakhirnya juga kita gak bisa tahu. Apa yang terjadi dalam hidup kita esok hari juga kita gak tahu (Eyang Subur juga gak tahu, tuh). Yang sekarang kaya, besok siapa tahu mendadak melarat (njiprat). Yang sekarang sehat, besok bisa aja kena sakit parah (na'udzubillah, deh). Yang sekarang ganteng, besok siapa tahu jadi jelek (waspadalah, waspadalah!). Makanya, kita harus berusaha maksimal hari ini untuk persiapan esok hari. Persiapan dunia, terutama persiapan akhirat. Kenapa akhirat yang terutama? Soalnya, kita2 bakalan kekal di akhirat, kalau di dunia mah, bisa hilang, bisa meninggal. Cuma gak jelas aja kapan waktunya.

Catatan kali ini agak serius ya? Tapi gak apa2, sekali2 lah (dua kali juga gak apa2). Saya terakhir ketemu Pak Bupati pas acara Slawi Bershalawa bersama Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf di Pendapa Kabupaten Tegal. Waktu itu beliau kelihatan sehat walafiat. Gak nyangka seminggu kemudian, beliau dipanggil oleh Yang Mahakuasa. Lahir, jodoh, rezeki, dan mati semuanya di tangan ALLAH, saudara2. Jadi, manusia kaya kita2 ini gak bisa intervensi. Semoga semua ini dapat menjadi pelajaran bagi kita2. Aamiin.

Ok, deh. Kembali ke Catatan Simbik yang biasa (kaya Tukul, kembali ke tanktop). Malam minggu gini enaknya ngomongin apa ya? Ngomongin pacar, saya gak punya (curhat, nih yee...). Yaudah, ngomongin hidup aja deh, sesuai judulnya (ciee, gayanya...). Hidup, atau kata orang Inggrisnya, life (abis makan kamus), itu cuma sekali (kalau dua kali, serakah namanya). Kalau udah abis masa hidupnya, ya gak bisa ditawar2 lagi. Gak kaya batere atau aki yang bisa dichas ulang. Hidup kita gak bisa dikembaliin ke awal.

Makanya, banyak orang yang memimpikan adanya Mesin Waktu. Banyak orang yang gak puas sama hidupnya sekarang, pengen balik lagi dan memperbaiki hidupnya. Yang istrinya meninggal, pengen balik lagi ke masa lalu buat nyelametin istrinya. Yang sekarang miskin, pengen balik lagi ke masa lalu buat kerja keras biar ntarnya kaya. Makanya, pada pengen punya mesin waktu buat kembali dan memperbaiki kesalahannya di masa lalu. Saya juga, sebenarnya. Kalau bisa, saya pengen kembali ke masa dulu waktu masih sekolah. Memperbaiki kesalahan, biar di masa depan gak jadi amburadul (curhat lagi...). Tapi ALLAH udah menakdirkan jalan hidup semua manusia. Gak ada yang bisa dikembalikan ke awalnya. Karena itu, Imam Ghazali pernah tanya sama murid2nya, "Apa yang paling jauh di dunia ini?". Mereka (murid2nya) pada njawab, "Negeri Cina, matahari, bulan, bintang2". Imam Ghazali menjawab, "Benar. Tapi yang paling benar adalah masa lalu. Dengan cara apapun kita tidak dapat kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu, kita harus menjaga hari ini dan hari2 yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran agama.". Subhanallah.

Jadi, kesimpulannya kita harus hidup dengan maksimal lah, jangan setengah2 (Hidup seperti Larry pokoknya). Tapi maksimalnya dalam hal yang positif, jangan maksimal maksiat loh, biar jejak yang kita tinggalin wangi (seperti saya kalau nyemplung ke bak isinya parfum). Kalau kata pepatah, Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggakan utang, eh, maksudnya manusia mati meninggalkan nama, gitu lho....

Yaudah, saya mau nonton Sinetron Haji Sulam lagi. Tadi masuk kamar dulu biar ngetiknya konsentrasi dan berhubung udah rampun, lanjut nonton lagi deh (babe2 rempong). Harap maklum kalau rada serius catatannya, yang penting maknanya (kalau ada). Ambil positifnya aja, yang negatifnya buat kucing aja (kalau doyan).

Selamat malam minggu

:D

end

(Kamar, 18-05-'13; jam 9 malem kurang 2 menit)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar